Flores NTT, Nusaberita.live – Gunung Lewotobi Laki-laki, salah satu dari dua gunung api kembar yang terletak di bagian tenggara Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik dalam beberapa hari terakhir. Gunung dengan ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut ini merupakan gunung api strato yang masih aktif dan terus dipantau oleh para ahli vulkanologi.
Berdasarkan laporan pengamatan visual dan kegempaan periode 13-20 Maret 2025, aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Asap kawah utama teramati berwarna putih, kelabu, dan hitam dengan intensitas tipis hingga tebal, mencapai ketinggian 100-300 meter dari puncak. Tinggi kolom erupsi tercatat antara 1.000 hingga 2.500 meter dari puncak, dengan kolom abu letusan berwarna kelabu. Cuaca di sekitar gunung bervariasi, mulai dari cerah hingga hujan, dengan suhu udara berkisar antara 21-31°C.
Selama periode pengamatan, tercatat berbagai jenis gempa, termasuk 55 kali gempa letusan, 176 kali gempa hembusan, dan 83 kali gempa vulkanik dalam, 46 kali gempa Tektonik Jauh,67 kali gempa Harmonik, 5kali gempa Low Frekuensi, 1 kali gempa masing-masing, Vulkanik Dangkal dan tremor menerus dengan amplitudo dominan 3,7 mm
dab 3 kali getaranbanjir.
Meskipun aktivitas vulkanik meningkat, sinar api di puncak terakhir terlihat pada 13 Maret 2025 dan tidak terlihat lagi hingga laporan ini dibuat. Hal ini mengindikasikan bahwa material pijar belum terdorong ke permukaan, meskipun potensi erupsi tetap ada.
Meningkatnya aktivitas vulkanik ini telah memicu respons cepat dari warga sekitar. Pada Kamis (20/3/2025) sekitar pukul 22.45 Wita, Gunung Lewotobi Laki-laki mengalami erupsi yang terdengar hingga Kota Larantuka, Flores Timur. Warga di sekitar gunung, termasuk Desa Pululera dan Desa Tanalein, segera bergerak menuju titik kumpul yang telah disiapkan di gedung kantor desa dan gereja.
Paulus SangTukan, Kepala Desa Pululera, menyatakan bahwa warga telah bersiap siaga menghadapi kemungkinan terburuk. “Saat ini warga desa kami sudah menuju titik kumpul dan menunggu situasi lebih aman. Meskipun material vulkanis sulit terlihat karena malam, gemuruh dan aliran lava terdengar hingga radius 8 kilometer,” ujarnya.
Sementara itu, Gauden K, warga Desa Tanalein, Kecamatan Solor Barat, menceritakan pengalamannya saat erupsi terjadi. “Atap rumah kami bergetar, dan bau belerang sangat menyengat hingga membuat dada sesak. Tak lama kemudian, hujan turun dan air yang meluncur dari atap sudah berwarna cokelat,” ungkapnya.
Meskipun situasi ini menimbulkan kekhawatiran, warga sekitar telah menunjukkan sikap tanggap dan siap siaga. Pemerintah setempat dan tim penanggulangan bencana terus memantau perkembangan aktivitas gunung api ini, sambil memberikan informasi terkini kepada masyarakat untuk memastikan keselamatan mereka.
Gunung Lewotobi Laki-laki, dengan keindahan alamnya yang memukau, tetap menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Flores. Peningkatan aktivitas vulkanik ini mengingatkan kita akan kekuatan alam yang harus dihadapi dengan kewaspadaan dan persiapan matang. Semoga situasi ini dapat segera terkendali, dan warga sekitar dapat kembali menjalani kehidupan dengan tenang.
( Nobertus Patut )