Maluku (Nusaberita.live)- Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), sebuah wilayah yang kaya akan keindahan alam dan kekayaan budaya, nampaknya masih tertidur dalam mengelola potensi wisatanya. Di tengah gencarnya promosi pariwisata di berbagai daerah di Indonesia, SBB justru terlihat mandek, mandul, dan seolah-olah miskin ide dalam menggali dan mempromosikan sektor yang sebenarnya bisa menjadi tulang punggung perekonomian daerah.
Bukan karena tidak memiliki destinasi wisata. Pantai-pantai eksotis, air terjun yang memesona, budaya lokal yang unik, hingga potensi wisata bahari dan ekowisata, semuanya ada. Tapi semua itu seperti harta karun yang terkubur—tak terjamah, tak terkelola, dan nyaris tak dikenal.
Dinas Pariwisata Kemandulan terlihat dari minimnya inisiatif membangun infrastruktur dasar di lokasi-lokasi wisata. Banyak tempat wisata yang aksesnya buruk, tanpa papan informasi, tanpa promosi yang layak, dan dibiarkan begitu saja. Bahkan media sosial resmi pun nyaris tidak aktif dalam mempublikasikan daya tarik wisata daerah.
Ironisnya lagi, pelibatan masyarakat lokal sebagai pelaku pariwisata utama hampir tidak terdengar. Padahal, pariwisata berbasis komunitas adalah salah satu kunci utama keberhasilan sektor ini. Ketika daerah lain sibuk membentuk desa wisata dan mengembangkan paket-paket wisata menarik, SBB seperti berjalan di tempat.
Kondisi ini ditampilkan bahwa Dinas Pariwisata SBB seolah-olah kurangnya gagasan segar dan keberanian untuk bertindak. Apakah karena keterbatasan anggaran? Ataukah memang tidak ada keinginan politik dan visi yang jelas untuk memajukan pariwisata?
Pemerintah daerah harus segera sadar bahwa pariwisata bukan sekadar pelengkap sektor. Ini adalah peluang emas untuk membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, dan memperkuat identitas budaya. Tapi semua itu tak akan terjadi bila dinas terkait terus berada di zona nyaman tanpa inovasi.
Kabupaten Seram Bagian Barat tidak kekurangan potensi, yang kurang hanyalah kemauan dan kecerdasan dalam mengelola. Jika dibiarkan seperti ini terus, bukan tidak mungkin generasi muda SBB akan tumbuh tanpa pernah merasakan manfaat dari kekayaan alam dan budaya mereka sendiri. (all)