Selasa, Juni 17, 2025
BerandaNationalBencanaAktivitas Seismik di Kolaka Timur, Memahami Dinamika Gempa di Sulawesi Tenggara

Aktivitas Seismik di Kolaka Timur, Memahami Dinamika Gempa di Sulawesi Tenggara

Kolaka Timur, Nusaberita.live – Sejak gempa berkekuatan M4.9 yang terjadi pada 24 Januari 2025, aktivitas seismik di wilayah Lalolae, Kolaka Timur, terus berlanjut. Puncaknya, pada 29 Januari 2025, wilayah ini diguncang gempa utama (mainshock) berkekuatan M5.1.

Fenomena ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan bagi daerah Kolaka dan Kolaka Timur. Aktivitas gempa di wilayah ini telah lama tercatat dan berhubungan erat dengan keberadaan Patahan Kolaka—sebuah sesar aktif yang membentang sepanjang 250 km dari Teluk Bone hingga Lainea. Patahan ini memiliki karakteristik pergerakan mendatar dengan sedikit komponen vertikal, dan segmen daratnya, terutama di Kolaka hingga Lainea, menjadi bagian yang paling aktif.

Sulawesi Tenggara sendiri merupakan wilayah dengan banyak sesar aktif, termasuk Patahan Kendari, Buton, Matarombea, Lawanopo, Konaweha, Labengke, dan Sangi-sangi. Selain itu, di perairan sebelah timur Sulawesi Tenggara terdapat Patahan Naik Tolo, yang berpotensi memicu tsunami jika terjadi gempa besar.

Rekam Jejak Sejarah Gempa di Patahan Kolaka

Sejak tahun 1900, berbagai gempa telah tercatat di sekitar Patahan Kolaka, di antaranya:

  • M4.5 – 28 April 1995
  • M5.2 – 4 November 2006
  • M4.8 – 27 Desember 2006
  • M5.5 – 11 Juli 2011 (mengakibatkan puluhan rumah rusak parah di Kolaka)
  • M5.2 – 11 Juli 2011
  • M4.5 – 7 Januari 2012
  • M4.9 – 24 Januari 2025
  • M4.7 – 29 Januari 2025
  • M5.1 – 29 Januari 2025

Sebagian besar gempa di zona ini memiliki kedalaman yang dangkal, berkisar 10-15 km. Oleh karena itu, meskipun magnitudo gempa berada pada kisaran M4.5–M5.5, guncangannya tetap terasa kuat di permukaan, dengan skala intensitas mencapai MMI IV.

Berdasarkan pola aktivitasnya, gempa yang terjadi di Kolaka Timur dalam beberapa hari terakhir bisa dikategorikan sebagai rangkaian Foreshock-Mainshock. Gempa awal M4.9 pada 24 Januari 2025 diikuti oleh M4.7 dan M5.1 pada 29 Januari 2025. Dengan demikian, gempa M5.1 dianggap sebagai gempa utama, sementara gempa sebelumnya berperan sebagai pemicu (foreshock).

Sejak 25 Januari 2025, telah tercatat sebanyak 128 gempa di wilayah ini, dengan magnitudo terkecil M1.8 dan terbesar M5.1. Fenomena ini merupakan dinamika alam yang wajar dalam sistem tektonik aktif.

Apakah Akan Terjadi Gempa yang Lebih Besar?

Jawabannya belum bisa dipastikan. Aktivitas seismik bisa menjadi indikasi pelepasan energi yang lebih besar, tetapi juga bisa menandakan bahwa tegangan tektonik sudah berkurang sehingga tidak akan terjadi gempa besar berikutnya. Hingga saat ini, belum ada teknologi yang dapat memprediksi kapan dan seberapa besar gempa akan terjadi secara pasti.

Masyarakat diimbau untuk tidak mempercayai informasi yang mengklaim akan terjadi gempa besar pada waktu tertentu. Gempa susulan masih dapat terjadi dalam beberapa hari hingga bulan ke depan, namun biasanya memiliki magnitudo yang lebih kecil dibandingkan gempa utama. Tetap waspada, tetapi jangan panik.

Sumber : rekapan dari berbagai artikel, USGS, BMKG

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

Most Popular

Recent Comments

MR KHM GM KGPC PROF DR RM DULIMAN ABD ROZAK SH. ADV. MM. DBA. MSI. CIE. IB. BBA. PhD. SE Asia. pada Jokowi Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan atas Mandat Presiden Prabowo

This will close in 0 seconds