SAMPANG, Nusaberita.live – Menjelang Hari Raya Idulfitri 1446 H/2025 M, fenomena yang dikenal sebagai “Preman” kembali menjadi perbincangan di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Namun, istilah ini bukan merujuk pada aksi kriminalitas, melainkan sebuah fenomena ekonomi yang muncul akibat meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang hari-hari besar, terutama di pusat perdagangan seperti Pasar Srimangunan.
Pada H-2 Lebaran, Sabtu (29/3/25), Pasar Srimangunan yang merupakan pusat perdagangan terbesar di Kabupaten Sampang diprediksi akan mencapai puncak kepadatan. Hal ini seiring dengan meningkatnya arus mudik dan tingginya kebutuhan masyarakat untuk berbelanja keperluan Lebaran. Kenaikan permintaan ini kerap berdampak pada lonjakan harga barang dan jasa, termasuk transportasi umum.
Hj. St. Aminah (40), warga Kecamatan Jrengik, mengaku memilih berbelanja lebih awal untuk menghindari kepadatan pasar. “Kalau harga naik itu sudah biasa, yang penting bisa belanja dengan nyaman tanpa berdesakan,” ujarnya saat ditemui di sebuah toko fashion di Jalan Hasyim Asy’ari, Kamis (27/3/25).
Sementara itu, H. Subhan (65), warga Kelurahan Gunung Sekar, menilai fenomena “Preman” sebagai bagian dari dinamika ekonomi tahunan. “Kalau kenaikan harga masih wajar, itu bisa dimaklumi. Tapi kalau sampai tidak terkendali, tentu perlu ada pengawasan,” ungkapnya.
Masyarakat berharap pemerintah daerah dan instansi terkait dapat melakukan pengawasan lebih ketat untuk memastikan kestabilan harga dan kenyamanan aktivitas ekonomi menjelang Lebaran. Langkah ini penting agar seluruh lapisan masyarakat tetap bisa berbelanja dengan aman dan harga yang wajar.
Dengan adanya pemantauan yang efektif, diharapkan fenomena tahunan ini dapat dikelola dengan baik sehingga tetap memberikan manfaat bagi pedagang, penyedia jasa, serta masyarakat luas yang merayakan Idulfitri dengan penuh kebahagiaan.(Sup)