Dalam kemajuan inovatif untuk energi bersih dan aksi iklim, Profesor Indrajit yang ditunjukkan dari Hindustan Institute of Technology and Science (HITS), Chennai, telah mengembangkan metode inovatif untuk mengubah karbon dioksida (CO₂) menjadi bahan bakar terbarukan hanya menggunakan sinar matahari. Terobosan ramah lingkungan ini, yang dicapai bekerja sama dengan Universitas Nasional Taiwan, telah diterbitkan dalam jurnal bergengsi Nano Energy.
Penelitian ini selaras dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) utama PBB dan menawarkan jalur yang menjanjikan ke depan dalam mengatasi pemanasan global dan ketergantungan bahan bakar fosil.
Mengubah gas rumah kaca menjadi energi hijau
Tim Profesor Tampilan merekayasa bahan khusus yang terdiri dari senyawa berbasis seng dan sulfur yang secara efisien memanfaatkan sinar matahari. Bahan ini menangkap dan mengubah co₂ menjadi acetaldehyde, sebuah senyawa yang banyak digunakan dalam menciptakan bahan bakar terbarukan. Tidak seperti teknologi sebelumnya, sistem ini beroperasi di bawah sinar matahari alami dan hampir 200 kali lebih efektif daripada metode sebelumnya.
“Idenya bukan hanya tentang penemuan akademis-ini tentang dampak dunia nyata,” kata Profesor. “Penelitian kami difokuskan pada menawarkan solusi yang dapat ditindaklanjuti dan berkelanjutan untuk planet ini.”
Solusi ganda untuk energi dan lingkungan
Dengan secara bersamaan menangani kelebihan co₂ atmosfer dan permintaan energi bersih yang meningkat, inovasi ini menawarkan manfaat dua kali lipat: mengurangi dampak perubahan iklim dan menghasilkan sumber bahan bakar berkelanjutan.
“Kemajuan ini menunjukkan kekuatan kolaborasi internasional dan penelitian interdisipliner,” yang ditunjukkan Profesor, menekankan bahwa terobosan itu adalah hasil kerja tim antara ilmuwan India dan Taiwan.
Hasil yang dikonfirmasi dan langkah selanjutnya
Apa yang membuat metode ini sangat luar biasa adalah keandalannya. Tes mengkonfirmasi bahwa bahan bakar itu benar -benar berasal dari karbon dioksida dan bukan dari kontaminasi eksternal. Proses ini menggunakan sinar matahari standar, menghilangkan kebutuhan akan sumber cahaya buatan atau terkontrol – membuatnya dapat diukur dan dapat diakses.
Dr Sn Sridhara, wakil rektor hit, menyebutnya “lompatan raksasa menuju memecahkan perubahan iklim,” menambahkan, “Dengan memanfaatkan energi matahari untuk mengubah co₂ menjadi bahan bakar yang berguna, perkembangan ini tidak hanya mendorong batas -batas ilmiah tetapi juga menyediakan roadmap praktis untuk memerangi salah satu tantangan paling kritis di planet ini.”
Ke depan, tim peneliti berencana untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam pekerjaan mereka untuk mengidentifikasi bahan yang lebih efisien untuk pembangkit bahan bakar bersih. Dengan penemuan ini, Hits memberikan contoh yang kuat tentang bagaimana sains India dan kerja sama global dapat membangun masa depan yang lebih hijau dan lebih berkelanjutan.