Surabaya, Nusaberita.live – Wartawan dan LSM merupakan fungsi kontrol untuk mengawasi peran pemerintah dan ikut serta untuk mencerdaskan bangsa, maksudnya jangan sampai mencederai integritas profesinya, apalagi dijadikan topeng untuk sebuah kepentingan pribadi. 4/2/2025.
Wartawan dan LSM Bodrex atau gadungan yang sempat dijadikan persoalan, menurut saya adalah “oknum” yang dimaksud. Hal tersebut sah saja, karena dinilai dapat mencoreng citra jurnalis atau LSM di pandangan masyarakat. Karena sebagian dari mereka (oknum) jelas tidak kompeten dan bisa manipulatif, serta melakukan penyimpangan terhadap tupoksi yang sebenarnya. Ungkap Handreyanzah (Aktivis DPD LPK Jatim)
Menurutnya, Wartawan atau LSM gadungan sejak dulu sudah populer dengan sebutan Bodrex, yang sering melakukan penyimpangan dari tupoksinya. Kata Biring, sapaan akrab pria asal Madura tersebut.
Istilah Bodrex ini muncul sekitar 1980an, dimana mereka (wartawan gadungan) rata-rata tidak memiliki surat kabar sebagai media publikasi.
Pernyataan Yandri Susanto Menteri Desa diwaktu lalu yang mengucapkan sindiran Wartawan dan LSM Bodrex sempat menjadi sorotan yang menuai pro-kontra. Semua itu tergantung kepada yang mengartikannya.
“Kiasan Menteri Desa itu saya nilai tidak ada yang salah, mau dilihat dari sudut manapun. Karena pernyataan Menteri Desa justru menegaskan bahwa wartawan Bodrex dapat menganggu keterbukaan publik dan langkah langkah dalam pengawasan realisasi dana desa.” Tegas Biring.
Sehingga di waktu itu, Manteri Desa Yandri Susanto meminta pihak kepolisian agar bertindak untuk menangkap apabila menemukan praktik oleh gadungan atau oknum dimaksud”.
Menurut Mendes, keberadaan wartawan Bodrex (oknum) yang kerap melakukan pemerasan terhadap kepala desa karena dapat mengaburkan fakta serta menurunkan kepercayaan publik. Selain itu, dapat menjadi penghambat terhadap investigasi yang sehat.
(red)
