MABAR, Nusaberita.live – Sebuah klarifikasi resmi disampaikan oleh Salvianus Hadu, seorang guru yang terlibat dalam kejadian di Hotel Mawar, Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat (Mabar) pada 29 Juli 2024. Klarifikasi ini menanggapi pemberitaan media yang dinilai tidak sesuai dengan fakta di lapangan, terutama terkait peran Salvianus dalam membantu seorang wanita bernama Herlina Elan.
Menurut penjelasan Salvianus, kejadian bermula ketika ia tiba di Labuan Bajo pada Minggu sore, 29 Juli 2024, sekitar pukul 15.00 WIT. Tujuan kedatangannya adalah untuk menjenguk anaknya yang bersekolah di Labuan Bajo sekaligus melunasi biaya uang sekolah. Setibanya di sana, Salvianus mengunggah status di media sosial bahwa ia berada di Labuan Bajo. Tak lama kemudian, ia dihubungi oleh Herlina Elan, yang menanyakan kebenaran keberadaannya di kota tersebut.
Herlina, yang mengaku baru pertama kali datang ke Labuan Bajo, meminta bantuan Salvianus karena merasa tidak familiar dengan situasi dan kondisi kota tersebut, terutama pada malam hari. Salvianus, yang dikenal sebagai guru taat dan beretika, langsung merespons permintaan tersebut. Ia meminta Herlina untuk mengirimkan lokasinya melalui foto, dan kemudian menuju ke tempat tersebut.
Setibanya di Alfamart Labuan Bajo, Salvianus menemukan Herlina dalam keadaan menangis. Ia pun bertanya apa yang terjadi dan ke mana Herlina ingin pergi. Herlina menjelaskan bahwa ia membutuhkan bantuan untuk mencari tempat menginap karena belum pernah menginap di Labuan Bajo sebelumnya.
Dengan penuh empati, Salvianus membantu Herlina mencari penginapan. Setelah menemukan Hotel Mawar, Salvianus memastikan Herlina dapat menginap dengan menggunakan identitas dirinya, Setelah proses tersebut selesai, Salvianus segera pulang untuk menyelesaikan urusan lainnya.
Klarifikasi ini disampaikan untuk meluruskan informasi yang beredar di media, yang dinilai tidak akurat dan cenderung menimbulkan kesalahpahaman. Salvianus menegaskan bahwa tindakannya murni didasari oleh rasa kemanusiaan dan kepedulian sebagai seorang pendidik.
“Sebagai guru, saya merasa bertanggung jawab untuk membantu sesama, terutama dalam situasi yang membutuhkan. Saya berharap media dapat lebih berhati-hati dalam menyampaikan informasi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman yang merugikan pihak-pihak yang terlibat,” ujar Salvianus.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya verifikasi fakta sebelum menyebarkan informasi, terutama di era di mana berita dapat menyebar dengan cepat dan berdampak besar pada kehidupan individu yang terlibat.
(Nobertus Patut)