Jakarta, Nusaberita.live — Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menerima audiensi Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., bersama jajaran pejabat tinggi BMKG di Kantor Kementerian ATR/BPN, Jakarta. Kamis, (08/05/2025).
Pertemuan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi antara dua lembaga strategis negara dalam mewujudkan perencanaan tata ruang dan pembangunan infrastruktur yang responsif terhadap risiko bencana. Dalam pernyataannya, Menteri AHY menyampaikan bahwa Indonesia menghadapi tantangan geografis yang kompleks, sehingga diperlukan pendekatan ilmiah dan kolaboratif dalam proses pembangunan.
“BMKG memiliki data yang sangat kaya dan penting, mulai dari data seismik, iklim, cuaca ekstrem, hingga potensi tsunami. Ini merupakan sumber informasi vital yang harus diintegrasikan secara optimal ke dalam kebijakan tata ruang nasional. Data tersebut tidak hanya menjadi dasar analisis risiko, tetapi juga landasan untuk mengambil keputusan yang berbasis bukti dalam pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan ruang,” jelas AHY.
AHY menekankan bahwa Indonesia, yang terletak di kawasan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik, berada di atas pertemuan tiga lempeng tektonik besar—Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik—yang membuat wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan berbagai bencana geologi lainnya. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan tidak boleh mengabaikan potensi ancaman tersebut.
“Kita sudah mengalami peristiwa tragis seperti gempa dan tsunami Aceh tahun 2004. Bencana tersebut menewaskan ratusan ribu jiwa dan meluluhlantakkan wilayah pesisir. Jika kita tidak belajar dari pengalaman itu dan tidak meningkatkan kesiapsiagaan, maka kita mengulangi risiko yang sama. Negara mana pun bisa lumpuh jika tidak siap. Dalam kondisi seperti itu, masyarakatlah yang paling merasakan penderitaan,” tegasnya.
Menteri ATR/Kepala BPN juga menyampaikan bahwa dalam konteks pembangunan nasional, pendekatan yang tanggap terhadap risiko bencana harus menjadi kebijakan yang mengikat, bukan sekadar rekomendasi teknis. Ia mengajak semua pihak, mulai dari kementerian/lembaga terkait hingga pemerintah daerah, untuk bersama-sama mengarusutamakan aspek mitigasi bencana dalam seluruh lini pembangunan.
“Saya juga ingin mengingatkan pemerintah daerah agar lebih peduli terhadap risiko bencana dalam pembangunan wilayahnya. Setiap kebijakan pemanfaatan ruang, pendirian bangunan, dan pengembangan kawasan industri harus mempertimbangkan aspek geologis dan potensi bahaya di wilayah tersebut. Ketahanan terhadap bencana adalah bagian dari kedaulatan ruang,” ujar AHY.
Ia mencontohkan pentingnya membangun kawasan industri dan objek vital nasional dengan memperhatikan risiko gempa, tsunami, dan potensi bahaya bahan kimia beracun dan berbahaya (B3). Infrastruktur di kawasan tersebut harus dibangun dengan standar keselamatan tinggi dan memiliki sistem peringatan dini serta jalur evakuasi yang memadai.
Lebih lanjut, AHY mengapresiasi komitmen BMKG dalam menyediakan data dan informasi kebencanaan secara real-time yang sangat bermanfaat bagi berbagai sektor. Ia menyatakan kesiapan Kementerian ATR/BPN untuk memperkuat kerja sama teknis dan kelembagaan dengan BMKG, termasuk dalam integrasi peta rawan bencana ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) nasional dan daerah.
“Kolaborasi lintas sektor adalah kunci dalam membangun Indonesia yang aman dan tangguh bencana. Data BMKG harus menjadi rujukan utama, dan Kementerian ATR/BPN siap mengimplementasikannya ke dalam kebijakan ruang yang lebih adaptif dan berkelanjutan,” tutup AHY.
Pertemuan ini diharapkan menjadi langkah awal dalam membangun sistem nasional yang tidak hanya reaktif terhadap bencana, tetapi juga proaktif dalam mencegah dampak yang lebih besar melalui perencanaan ruang yang terukur, ilmiah, dan berbasis risiko.
Redaksi Nusaberita.live
Menteri ATR/Kepala BPN Terima Kepala BMKG: Kolaborasi untuk Mewujudkan Tata Ruang Tangguh Bencana
RELATED ARTICLES