Manggarai Timur, NTT – Nusaberita.live
Sejumlah siswa SMAN 1 Poco Ranaka di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, memprotes kebijakan sekolah yang mewajibkan siswa alpa tanpa keterangan membawa 20 buah batako sebagai bentuk sanksi. Aksi protes ini terjadi pada Jumat, 25 April 2025.
Sanksi tersebut dinilai tidak manusiawi, tidak mendidik, serta menimbulkan tekanan psikologis pada siswa. Kebijakan ini disebut mulai diterapkan sejak awal April 2025 tanpa pemberitahuan atau sosialisasi sebelumnya kepada siswa maupun orang tua.
“Tidak ada surat edaran, tidak ada rapat orang tua. Tiba-tiba kami disuruh bawa batako. Kami merasa dijebak,” ungkap seorang siswa kelas XI yang enggan disebutkan namanya.
Menurut para siswa, kebijakan ini sangat membebani, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Mereka juga mengkritik sanksi batako karena tidak memiliki kaitan dengan proses pendidikan dan justru melemahkan semangat belajar.
“Kami datang untuk belajar, bukan untuk membangun pagar. Sanksi ini bikin kami takut ke sekolah, apalagi kalau sedang sakit,” keluh seorang siswa lainnya.
Para siswa juga menilai pendekatan disiplin semacam ini menciptakan rasa takut, bukan kesadaran. “Kami butuh bimbingan, bukan ancaman,” tegas salah satu perwakilan siswa. Melihat dampak kebijakan tersebut, para siswa mendesak Dinas Pendidikan Provinsi NTT untuk segera mengevaluasi dan menghentikan praktik tersebut.
Mereka juga meminta Gubernur NTT memberikan teguran kepada Kepala SMAN 1 Poco Ranaka karena telah mengambil keputusan sepihak tanpa melibatkan komite sekolah maupun wali murid.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak SMAN 1 Poco Ranaka belum memberikan keterangan resmi terkait kebijakan kontroversial ini.
Pewarta : Nobertus Patut, S.Pd
Sanksi 20 Batako Dinilai Tidak Manusiawi, Siswa SMAN 1 Poco Ranaka Desak Dinas Pendidikan NTT Bertindak
RELATED ARTICLES