Momen HUT RI ke-80, Harapan Kecil untuk Perhatian Pemerintah
Maluku(Nusaberita.live) – Di sebuah sudut kecil Desa Piru, berdiri bangunan tempat harapan di bangaun dari puing-puing luka yang terlupakan. Bermain bernyi untuk menutup perih dari kelamnya hidup yang memaksa mereka ada di tempat ini.
Gedung yang penuh dengan suara tawa, tangis, dan doa anak-anak. Tempat itu bernama Rumah Kasih Yakobus Abadi, sebuah panti sosial yang telah berdiri sejak sepuluh tahun lalu.
Bagi sebagian orang, usia sepuluh tahun adalah masa pertumbuhan penuh warna. Namun, bagi panti ini, sepuluh tahun justru menjadi perjalanan panjang yang sunyi—nyaris tanpa pernah tersentuh perhatian pemerintah daerah.
Di dalam bangunan bercat pudar itu, belasan anak berkumpul di ruang tempat mereka merai asah untuk hari esok, duduk bersila di lantai dengan senyum yang tetap mengembang meski perut sering lapar. Makanan seadanya, buku-buku lusuh, dan pakaian bekas sumbangan menjadi keseharian mereka. “Kami sudah terbiasa hidup sederhana. Yang penting kami masih bisa belajar dan berdoa bersama,” ucap salah seorang anak dengan polos.
Para pengurus panti, yang lebih pantas disebut pejuang kasih, terus berjuang dengan keterbatasan. Mereka tidak menerima gaji, hanya mengandalkan belas kasih donatur kecil dan dukungan masyarakat sekitar.
“Sepuluh tahun kami berdiri, tanpa pernah ada tangan pemerintah yang menyapa. Padahal anak-anak ini juga warga daerah, juga anak bangsa yang berhak mendapat perhatian,” tutur seorang pengurus dengan mata berkaca-kaca.
Kontras sekali dengan semangat kemerdekaan yang setiap tahun disuarakan dengan lantang. Sementara di lapangan upacara bendera dikibarkan dengan gagah, di panti ini Sang Merah Putih juga tetap berkibar—meski diikatkan pada tiang bambu sederhana, penuh semangat, penuh harap.
Di usia ke-80 tahun Republik ini, penghuni Rumah Kasih Yakobus Abadi hanya punya satu doa sederhana: semoga kemerdekaan benar-benar hadir di tengah mereka. Bukan hanya lewat slogan, tetapi lewat kepedulian nyata pemerintah.
“Anak-anak di sini ingin merasakan arti merdeka yang sesungguhnya. Kami menunggu, semoga ada yang datang membawa harapan,” bisik sang pengurus sambil menatap anak-anak yang asyik bernyanyi lagu perjuangan dengan suara riang.
Di balik gegap gempita perayaan HUT RI, kisah panti ini seakan menjadi pengingat bahwa kemerdekaan belum sepenuhnya dirasakan oleh semua anak bangsa.
Seolah negeri ini lupa ada tangis dan doa yang terus tersembahkan untuk negeri ini, mungkin kerasnya dentuman sepiker sound musik mengiringi tarian suka cita dari mereka yang berlimpah gaji dari rakyat menutup kuping dan hati, bahawa ada tangis di pojok kota yang bertajuk saka Mese Nusa mengharapkan uluran tangan dari mereka. Tangis negeri tertutup himne juang yang hampa, Panti Sosial Rumah Kasih Yakobus Abadi Pulu tahun tak terjamah kasih dan terlupakan Pemerintah Daerah. (Alwi Sofyan Latekay)