Bangkalan – Nusaberita.live Budaya membuat dodol di Madura menjadi salah satu tradisi yang penuh makna, terutama saat acara keluarga besar seperti pernikahan, khitanan, atau syukuran. Pembuatan dodol tidak hanya sekadar memasak makanan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan kerja sama di antara anggota keluarga dan masyarakat sekitar.
Proses Pembuatan Dodol
Pembuatan dodol di Madura biasanya dilakukan secara gotong royong. Bahan utama seperti beras ketan, gula merah, santan, dan garam dipersiapkan oleh tuan rumah dengan bantuan kerabat dan tetangga. Proses memasak dimulai dengan mencampur bahan di dalam kuali besar (disebut juga “kenceng” dalam bahasa Madura) dan diaduk terus-menerus selama berjam-jam agar adonan tidak gosong. Pengadukan dilakukan secara bergantian karena membutuhkan tenaga besar dan ketelatenan.
Makna Kebersamaan
Tradisi ini tidak hanya berfungsi untuk menghasilkan makanan khas, tetapi juga mempererat tali silaturahmi. Semua orang yang hadir, baik pria maupun wanita, turut ambil bagian, mulai dari mengaduk adonan hingga membungkus dodol setelah matang. Sambil bekerja, mereka sering berbagi cerita, candaan, dan nasihat yang menambah hangat suasana.
Waktu dan Momen Khusus
Pembuatan dodol biasanya dilakukan sehari atau dua hari sebelum acara utama. Tradisi ini menjadi kesempatan bagi anggota keluarga yang jarang bertemu untuk berkumpul dan saling membantu. Setelah matang, dodol dibungkus dengan daun pisang atau plastik dan kemudian dibagikan kepada tamu sebagai simbol syukur dan doa.
Pelestarian Tradisi
Meski zaman telah berubah, tradisi membuat dodol di Madura masih terus dilestarikan oleh sebagian masyarakat. Hal ini dianggap sebagai warisan budaya yang penting untuk dijaga, karena tidak hanya menghasilkan makanan lezat, tetapi juga menjadi medium untuk menanamkan nilai gotong royong dan kebersamaan kepada generasi muda.
Tradisi ini menunjukkan bahwa budaya Madura memiliki kekayaan nilai yang melekat erat pada kehidupan masyarakatnya, terutama dalam membangun keharmonisan dan solidaritas.