MANGGARAI, Nusaberita.live – Digitalisasi desa semakin menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Langkah konkret tengah dilakukan, salah satunya melalui pelatihan trending operator guna mempercepat penerapan sistem digital di desa. Desa Mata Wae menjadi salah satu desa yang aktif dalam inisiatif ini, dengan harapan dapat meningkatkan transparansi, akuntabilitas, serta kemudahan akses informasi bagi masyarakat.
Dalam wawancara eksklusif di Rii Labuan Bajo, Kepala Desa Mata Wae, Satar Mese Utara, Manggarai, Martin, menegaskan bahwa digitalisasi bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak bagi pemerintahan desa. Pemerintah Kabupaten Manggarai sendiri telah mendorong 145 desa untuk beradaptasi dengan era digital, dengan target implementasi penuh pada tahun 2025.
“Program ini kami sambut dengan positif. Ini bukan sekadar soal teknologi, tapi tentang bagaimana desa bisa lebih transparan, lebih cepat dalam melayani masyarakat, dan lebih siap menghadapi tantangan masa depan,” ujar Martin.
Sebagai langkah awal, seluruh desa di Kabupaten Manggarai telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan salah satu perusahaan teknologi berbasis satelit (Starlink). Kesepakatan ini menjadi pijakan penting dalam mewujudkan desa digital yang terhubung dengan internet, memungkinkan layanan publik berbasis online dan akses informasi yang lebih luas.
Namun, Martin tidak menutup mata terhadap berbagai tantangan yang dihadapi. Salah satunya adalah minimnya literasi digital di tingkat desa, baik di kalangan perangkat desa maupun masyarakat umum. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pelatihan khusus bagi operator desa agar dapat mengelola sistem digital dengan baik.
Tantangan lain yang muncul adalah persoalan anggaran. Martin mengungkapkan bahwa pada tahun 2022–2023, pemerintah desa sejatinya telah mengalokasikan dana untuk pengembangan website desa. Namun, akibat regulasi yang berubah dan pemangkasan anggaran, rencana tersebut sempat tertunda.
“Anggaran memang menjadi kendala, tapi yang lebih penting lagi adalah kesiapan SDM. Tanpa pelatihan yang memadai, program ini bisa saja berjalan, tapi belum tentu optimal,” kata Martin.
Ia berharap agar pemerintah kabupaten dan pusat terus memberikan dukungan, baik dalam bentuk pendanaan maupun pelatihan teknis. Selain itu, ia juga mengajak masyarakat desa untuk mulai memahami manfaat digitalisasi, bukan hanya dalam aspek administrasi pemerintahan, tetapi juga dalam pengembangan ekonomi desa.
Dengan adanya dorongan dari pemerintah pusat dan kolaborasi dengan pemerintah daerah, digitalisasi desa di Manggarai bukan lagi sekadar wacana. Program ini diharapkan mampu membawa desa-desa di Manggarai ke level yang lebih maju, transparan, dan modern dalam pelayanan publik.
“Kami berharap pemerintah tetap konsisten dalam mendukung inisiatif ini. Ini adalah investasi jangka panjang, bukan hanya untuk pemerintah desa, tetapi juga untuk masa depan masyarakat desa itu sendiri,” pungkas Martin.
Transformasi digital bukanlah jalan yang mudah, namun dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, visi Desa Digital Manggarai 2025 bukan lagi sekadar impian, melainkan kenyataan yang bisa diwujudkan bersama.
( Nobertus Patut )